Emisi karbon yang meningkat dari armada pengiriman menjadi isu lingkungan krusial di era belanja daring yang marak. Setiap paket yang kita pesan melalui e-commerce memerlukan transportasi, baik itu melalui darat, laut, maupun udara. Semakin padatnya armada pengiriman ini berbanding lurus dengan peningkatan gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer, berkontribusi signifikan terhadap perubahan iklim global.
Baca Juga: J&T Express Rayakan Satu Dekade Beroperasi: Berdayakan UMKM di Seluruh Nusantara
Sebagian besar armada pengiriman masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil. Truk, van, pesawat kargo, dan kapal pengangkut adalah penyumbang utama emisi karbon dioksida (CO2) dan polutan lainnya. Volume pengiriman yang terus bertambah, terutama dengan janji pengiriman cepat, memaksa peningkatan frekuensi transportasi, yang secara langsung memperparah jejak ekologis ini.
Dampak dari emisi karbon yang tinggi sangatlah serius. Gas rumah kaca memerangkap panas di atmosfer, menyebabkan pemanasan global. Ini berujung pada perubahan iklim ekstrem, seperti gelombang panas, kekeringan berkepanjangan, badai yang lebih intens, dan kenaikan permukaan air laut. Lingkungan hidup dan keberlanjutan planet kita terancam oleh jejak gas buang ini.
Selain CO2, armada pengiriman juga menghasilkan polutan udara lain seperti nitrogen oksida (NOx) dan partikulat. Polutan ini tidak hanya berkontribusi pada kabut asap, tetapi juga berdampak buruk pada kesehatan pernapasan manusia. Area perkotaan yang padat dengan aktivitas pengiriman seringkali mengalami kualitas udara yang lebih rendah akibat polusi ini.
Penyedia jasa pengiriman dan perusahaan e-commerce memiliki tanggung jawab besar untuk mengurangi emisi karbon mereka. Investasi dalam kendaraan listrik atau hibrida, optimalisasi rute pengiriman untuk mengurangi jarak tempuh, dan penggunaan bahan bakar yang lebih bersih adalah langkah-langkah penting. Inovasi logistik berkelanjutan menjadi kunci untuk masa depan yang lebih hijau.
Konsumen juga memiliki peran dalam menekan dampak lingkungan ini. Memilih opsi pengiriman standar daripada pengiriman ekspres yang seringkali kurang efisien, mengonsolidasi pesanan, dan mempertimbangkan dampak lingkungan sebelum setiap pembelian, dapat membantu mengurangi jejak karbon. Perubahan kecil dalam kebiasaan belanja bisa memberikan dampak besar.
Pemerintah juga perlu mendukung transisi menuju logistik yang lebih ramah lingkungan melalui regulasi yang lebih ketat, insentif untuk adopsi teknologi bersih, dan investasi dalam infrastruktur pengisian daya. Kolaborasi antara sektor swasta, pemerintah, dan konsumen adalah kunci untuk mengatasi tantangan emisi karbon yang terus meningkat ini.
